– Sampai dengan saat ini, masih muncul banyak pertanyaan, kapan sebenarnya asal-usul dari wilayah Pekalongan mulai terbentuk ? Apakah pada era kerajaan Mataram di bawah Sultan Agung ? Ataukah pada saat garis pantai Pekalongan berada 20 – 30 km dari garis pantai yang sekarang ini ? Atau pula saat kondisi wilayah dan pemukiman penduduknya mulai terbentuk atau pada saat masih berupa kawasan hutan belantara yang dihuni banyak binatang liar ? “Postingan pada web ini diterbitkan sebagai jembatan pengetahuan bagi warga masyarakat Pekalongan untuk mengetahui Asal-usul Daerahnya, dan dimaksudkan untuk membantu generasi muda atau generasi mendatang mudah mendapatkan informasi sejarahnya sendiri” Sekilas Tentang Sejarah Kota Pekalongan Pada masa awal dari peradaban Hindu-Budha, wilayah Pekalongan diduga kuat pernah menjadi wilayah karakryan/kerakaian atau setingkat kerajaan vasal di bawah kekuasaan kerajaan Mataram Hindu. Beberapa situs purbakala yang ditemukan di wilayah selatan Pekalongan, diantaranya di Kecamatan Petungkriyono, Lebak barang, Talun, Doro, Kajen, Karanganyar, Wonopringgo dan Kedungwuni menjadi bukti keberadaan pemukiman masyarakat yang teratur dan terstruktur. Peta Kota Pekalongan Tahun 1892 Dari hasil penelitian Reinout Willem Van Bemmelen dan Ir. Sutoto, perkembangan geomorfologi Pekalongan Kuno berada di daerah pegunungan Selatan, dimana wilayah Petungkriono dulunya sebagai pusat pemerintahan Pekalongan kuno. Menurut Reinout Willem Van Bemmelen garis pantai Pekalongan sejajar dengan Semarang dan Brebes, dengan kedalaman pantai mencapai mencapai sekitar 150 meter. Di wilayah Batang, ditemukan prasasti di desa Sojomerto, Kecamatan Reban, yang disebut dengan Dapunta Saelendra oleh Prof. Boechori disebut sebagai tokoh yang merupakan cikal-bakal dari raja-raja Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Hingga masa Kerajaan Demak, wilayah yang sekarang disebut Pekalongan belum ada namanya. Pada saat itu, Tome Pires seorang ahli obat-obatan, dari Lisbon, Pertugal, melakukan perjalanan ke sejumlah pelabuhan di Pesisir Pulau Jawa tahun 1511 – 1515. Dalam bukunya Suma Oriental, Pires selama perjalanan antara Teteguall Tegal dan Camaram Semarang tidak menyebutkan nama Pekalongan. Baca Fort Peccalongan, Benteng Tua Milik Kota Pekalongan Kemungkinan pada waktu itu memang menjadi daerah yang belum memiliki nama, hingga dilakukannya babat Alas Gambiran oleh Joko Bahu Bahurekso atas perintah Raja Mataram ke III. Pires hanya menyebut bahwa wilayah Pesisir Barat, dari Demaa hingga Locacry Losari sudah dikuasai oleh Pate Rodim atau Raden Patah putra dari Arya Damar yang menikahi putri dari Champa. Arya Damar sendiri merupakan anak dari Brawijaya V dari Majapahit. Pires juga menyebut antara Teteguall dan Camaram merupakan daerah penghasil beras, sedangkan wilayah Pekalongan dan Batang sebagian besar masih berupa hutan yaitu Alas Gambiran dan Alas Roban. Tome Piresmewartakan bahwa antara pedagang dan perkampungan di Demak telah memiliki hubungan satu sama lainnya dengan Cirebon. Sehingga berdirinya Kerajaan Cirebon dan peng-Islamannyatak lepas dari pengaruh Kerajaan Demak. Tome Pires , Suma Oriental, hal 256 – 260 Pada Abad XVI, wilayah Pekalongan dan sekitarnya merupakan daerah yang masih sedikit jumlah penduduknya, sebab sebagian besar wilayahnya masih tertutup hutan belantara. Sementara di wilayah lainnya seperti Demak, Jepara, Kudus, Pati telah berkembang menjadi daerah penting. Wilayah Pantai Pekalongan berkembang setelah wilayah pedalaman yang terletak di daerah perbukitan yang tumbuh menjadi pedesaan yang makmur. Pada awal era Mataram, Panembahan Senopati telah membangun sebuah jalur Pantai Utara dari Plered ke arah Cirebon, melaui Temanggung, Subah, Alas Roban, Alas Gambiran, Pemalang, Tegal hingga Cirebon. Sementara Mees,dalam bukunya yang berjudul De Geschiedenis van Java jilid II, sudah menyebut adanya rute perjalanan yang ditempuh oleh para utusan VOC untuk bertemu dan beraudiensi dengan Sultan Agung di Kerto yang merupakan pusat dari Ibukota kerajaan Mataram. Dari Batavia para utusan VOC itu naik perahu dengan tujuan pelabuhan Tegal dengan melewati Cirebon. Dari sana lalu mereka naik kuda ke timur lewat Sumber, Tegal, Pemalang, Wiradesa, Pekalongan, Batang, Subah. Kemudian masuk ke pedalaman Jawa Tengah, dengan mendaki lereng Gunung Pakiswiring, Larangan, Tajem yang kemudian turun menyusuri pinggir Kali Progo lewat Jumo, Pakis, Payaman, Tidar , Sukerwe, Turen, Ariapati, Minggir dan Pingit yang letaknya sekitar dua jam perjalanan dari Kerto, Ibukota Mataram. Peta Kota Pekalongan Tahun 1912 Pada abad XVII, saat Verenigde Oost Indische Compagnie VOC berkuasa hingga pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem Pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini VOC menentukan segala kebijakan dan prioritas, sedangkan untuk penguasa pribumi ini oleh Belanda diberi gelar Regent Bupati. Berdasarkan arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia, menyebutkan pada 23 Juli 1669, Regent Pekalongan Ngabehi Kartasura telah berkirim surat pada Gubernur VOC Joan Maetsuycker. Hal ini menunjukkan bahwa di Pekalongan telah ada pemerintahan. Pada tahun 1789, Kota-kota dipesisir pulau Jawa masih merupakan padang belantara, yang menurut catatan Residen Pekalongan jumlah populasi harimau dan badak lebih banyak dari pada manusia Bergsma, 1798. Penduduknya tinggal di kampung-kampung kecil yang tersebar luas. Mereka mencari makan sebagai petani ladang dan memanfaatkan hasil-hasil hutan maupun menangkap ikan di pesisir. Petani ladang tersebut secara politis berada dibawah kekuasaan bupati Pekalongan. Mereka juga diwajibkan membayar pajak, wajib kerja dan menjadi militer dibawah perintahBupati. Boogaard, 1987, Nagtegaal, 1996, dan Pujo Sumedi Hargo Yuwono 2002. Keberhasilan VOC dalam menjalankan perdagangan membutuhkan ekspedisi yang cepat untuk pengiriman surat dan barang. Dokumen sejarah menyebutkan bahwa Gubernur Willem Baron Van Imhof, 26 Agustus 1746 membangun rute pos pertama di Jawa dengan membangun Kantor Pos di Batavia dan Semarang. Rutenya melalui Kerawang, Cirebon, dan Pekalongan. Ketiga daerah ini menjadi pos tunda, sebagai tempat ganti kuda dari kereta yang membawa kiriman pesan melalui pos. Baca juga Daftar Bangunan Bersejarah di Kawasan Budaya Jetayu Pekalongan Kata Pekalongan juga sudah disebut dalam dua lukisan Johannes Rach, seorang anggota pasukan alteleri VOC asal Denmark yang datang ke Pekalongan sekitar tahun 1770. Rach menyebutkan dalam lukisannya Fort Pekalongan atau Benteng Pekalongan. Nama Pekalongan pernah tercatat dalam catatan perjalanan Gubernur Pasisir UtaraWillem Hendrik van Ossenberg tahun 1764, dalam laporannya ditulis kata Paccalongan in Tegal. Menurut Boombgaard, Residen Ossenberg mengadakan perjalanan dari Semarang menuju ke Tegal. Setelah berkunjung ke Kaliwunggu, Kendal dan Weleri. Ia lalu datang ke Batang untuk mengunjungi pabrik gula milik Kapiten Cina dari Semarang, Tan Janko. Setelah itu Ia pergi ke Pekalongan, Wiradesa dan Ulujami. ANRI, Pekalongan Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Harmen Wiliam Deandles dibangun Jalan Raya Pos atau Grote Post Weeg yang menghubungkan antara Anyer hingga Panarukan. Sesampainya di wilayah Pekalongan pada tahun 1808, Deandles kehabisan dana. Untuk tetap bisa melanjutkan pembangunan jalan hingga ke Panarukan. Daendels meminta bantuan secara paksa pada para Bupati di Pesisir Pulau Jawa. Para Bupati atau penguasa daerah dikumpulkan di Semarang dan meminta supaya para Bupati membantu pembuatan jalan ini dan apabila tidak bersedia maka akan diperangi. Dengan adanya jalan yang dibuat oleh Deandles jarak tempuh dari arah Pekalongan menuju ke Semarang mejadi lebih cepat dengan melalui Alas Roban. Peta Kota Pekalongan Tahun 2009 Pada saat Pulau Jawa dikuasai oleh Inggris pada tahun 1811 – 1819, Karesidenan Pekalongan dijadikan satu dengan Kedu. Salah satu informasi yang jarang diketahui adalah Kadipaten Wiradesa yang pada waktu itu berdiri sendiri di hapuskan dan berada di bawah Bupati Pekalongan. Berdasarkan arsip ditemukan informasi bahwa sejak tahun 1846 Residensi Pekalongan telah dibagi per desa. Pada tahun 1869 telah diterbitkan data stasistik tentang kependudukan yang dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk dari setiap desa. Dalam perkembangannya pada tahun 1892, Residensi Pekalongan dibagi menjadi beberapa distrik dan onderdistrik. Desa-desa di Pekalongan sebagian besar telah muncul secara alamiah sebelum adanya pemerintah Kabupaten Pekalongan. Desa-desa tersebut memiliki nama dengan asal-usulnya masing-masing. Hampir semua desa di Pekalongan memiliki latar belakang cerita yang sama yaitu tokoh Bahurekso dan perjuangan Mataram dalam mengusir penjajah Belanda. Legenda Pekalongan ini sangat membekas di hati masyarakat dari semua sisi hidupnya sehingga memang sangat layak apabila menjadi pusat dari cerita tutur yang mengisahkan awal dari perkembangan Pekalongan. Selain dari masa Mataram awal, masa perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro juga menjadi cerita yang menjadi asal usul dari nama-nama desa. Baca juga Kisah Bahurekso dan Babat Alas Pekalongan Untuk menjaga agar keberadaan cerita atau sejarah dari msaing-masing kelurahan yang ada di Kota Pekalongan maka ditempuhi nisiatif untuk menuliskannya dalam bentuk buku yang menggabungkan antara cerita tutur dengan sejarah yang dibuktikan dalam arsip yang tersimpan di Lembaga Kearsipan Daerah Kota Pekalongan. Buku Sejarah Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan Untuk itu sudah mendapat izin dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan untuk menampilkan informasi tersebut dan setiap minggu akhir bulan akan rutin untuk memposting tulisan mengenai Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan yang ada di Kota Pekalongan. Dengan ini, kami harap kepada seluruh sedulur-sedulur Cintapekalongan agar tetap pantau terus dan dukung kami sebagai Media Informasi & Referensi bagi Masyarakat untuk mengenal Pekalongan lebih dalam lagi. Sedulur bisa membacanya disini Edisi Khusus “Sejarah Asal-usul Nama Kelurahan di Pekalongan” Salam Cinta Pekalongan Source Mengungkap Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan – KPAD Kota Pekalongan.
PetaKota Pekalongan peta pekalongan blog sdn gamer 01, peta kota pekalongan peta dunia sejarah negara, daftar kecamatan dan kelurahan di kota samarinda, hubungi kami garuda indonesia, bpk perwakilan propinsi jawa tengah bpk perwakilan, pembantu baby sitter amp sopir pembantu com, peta kota pekalongan pekalongan map n all com, jaringan dan outlet bengkel mobil shop and drive di indonesia
Depok, Siwalan, Pekalongandesa di Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah / From Wikipedia, the free encyclopedia Depok adalah desa di kecamatan Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia. lbsKecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan, Jawa TengahDesa Blacanan Blimbingwuluh Boyoteluk Depok Mejasem Pait Rembun Siwalan Tengengkulon Tengengwetan Tunjungsari Wonosari Yosorejo Quick facts Depok, Negara, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan... ▼ DepokDesaNegara IndonesiaProvinsiJawa TengahKabupatenPekalonganKecamatanSiwalanKodepos51154Kode Luas... km²Jumlah penduduk... jiwaKepadatan... jiwa/km² Artikel bertopik kelurahan atau desa di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
yang 0.998217711968781 dan 1.27281754304555 di 1.40586624720146 itu 1.60605525635212 dengan 1.92694315549759 ini 2.04249539860528 untuk 2.05573034539414 dari 2.09959237384937 dalam 2.11677996685297 tidak 2.11939383059724 akan 2.4399120190214 pada 2.62667215573031 juga 2.67282100848081 ke 2.72775139713067 karena 2.78759009853131 ada 2.81064817996272 Pekalongan - Seorang wanita lansia asal Kebon Jeruk, Jakarta Barat, yang menghilang selama sekitar dua bulan ditemukan warga di pinggir hutan wilayah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Begini kondisi nenek 73 tahun itu saat pertama kali Kesesi, Iptu Fellik Prasetyawan mengatakan nenek itu ditemukan di bibir sungai di kawasan hutan wilayah Dusun Sumampir, Desa Kesesi, Pekalongan, pada Minggu 4/6 siang. Lokasi penemuannya berjarak sekitar empat kilometer dari permukiman, hanya dapat ditempuh dengan jalan ditemukan, tubuh nenek itu tergeletak di kubangan air pinggir sungai. Tubuhnya lemas. Pakaiannya basah. Warga bersama polisi lalu mengevakuasinya ke RSUD Kesesi, Pekalongan. "Minggu sekitar jam dua siang kami mendapat laporan warga, ada nenek ditemukan di hutan dalam keadaan memprihatinkan. Kemudian indikasinya juga beberapa hari tidak makan," kata Fellik saat ditemui detikJateng di RSUD Kesesi, Rabu 7/6/2023 menjelaskan, awalnya nenek itu tidak mau dievakuasi. Dia saat itu tampak ketakutan. "Kondisinya lemas. Akhirnya kita rayu, mau dievakuasi dengan kita tandu pakai sarung, berjalan menyusuri hutan dan perbukitan," imbuh lokasi terdamparnya cukup jauh, tandu darurat dari sarung itu dipikul bergantian. "Jarak 4 km, berjalan susur bukit dan kita bergantian. Kita bawa ke mobil patroli dan langsung kita bawa ke rumah sakit," ucap nenek Amah 73 dari hutan di Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Minggu 4/6/2023. Foto dok. Polsek Kesesi, PekalonganSetiba rumah sakit, nenek itu diketahui membawa dompet berisi fotokopi KTP bertulisan nama Asma warga Kebon Jeruk, Jakarta."Dari data yang ada kita sebar ke WAG. Alhamdulillah tersambung. Senin sore kita bisa menghubungi pihak keluarga, dan membenarkan nenek Asma hilang," kata pihak keluarga belum bisa ke Pekalongan karena alasan ekonomi. Pihak kepolisian pun membantunya dengan mentransfer uang untuk ongkos dari Jakarta ke Pekalongan."Perjalanan dari Jakarta saya arahkan untuk turun di Pos Polisi Siwalan, dan minta diantar polisi yang berjaga ke Kesesi. Alhamdulillah, sampai tadi malam," jelas lokasi yang sama, anak Asmah yakni Ayu 50 mengaku sudah dua bulan kehilangan ibunya, tepatnya tiga hari sebelum di halaman selanjutnya. ASALUSUL DESA DI KAJEN - PEKALONGAN Desa Nyamok_ Nama yang aneh, unik untuk sebuah desa. Sering dikira Nyamuk, padahal penulisan dan pengucapan yang benar adalah NYAMOK, menggunakan huruf "o". Kenapa diberi nama Nyamok? ada sebuah kisah yang mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut : Di wilayah Pekalongan bagian selatan ada BupatiMulamula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Pekalongan, 18 September 2019 #lambe_sintetis. di Rabu, September 18, 2019 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Di wilayah barat dan utaranya itu juga sangat banyak di tumbuhi pohon siwalan sehingga samapi sekarang disana
bNA1x.